Rabu, Desember 03, 2008

Tehnik Melempar

Mengapa Membina Tehnik Yang Benar Itu Penting
Kalau pemain baseball belajar tehnik dan cara melempar yang benar, maka ia akan mendapatkan hasil berupa kecermatan sasaran dan kecepatan laju bola lempar yang kencang sementara ia dapat terhindar dari cedera lengan ataupun bagian tubuh yang lainnya.
Belajar tehnik melempar yang benar ketika pemain masih belia memungkinkan otot dan pikiran pemain membina daya ingat yang baik dan benar. Cara melempar yang benar akan menjadi kebiasaan yang akan dikuasainya sepanjang karir bermainnya

Persiapan Melempar
Untuk dapat melempar dengan benar, selalu dimulai dengan kegiatan pembinaan kondisi jauh hari sebelum musim pertandingan berawal.
Melakukan pemanasan dan peregangan seuluruh tubuh dan terutama otot bahu dan lengan amat diperlukan sebelum melakukan lemparan yang sesungguhnya. Lembaga Kesehatan Olahraga Amerika Serikat menganjurkan agar “Melakukan pemanasan untuk melempar; jangan sekali kali melempar untuk melakukan pemanasan”.
Awali dengan lemparan pelan, dengan jarak lempar yang masih dekat. Berangsur angsur tambah jarak lempar dan kekencangan laju bola lempar. Panjang masa pemanasan berbeda bagi setiap individu pemain, tetapi biasanya sekitar 10-20 menit.
Beberapa Petunjuk Tehnik Melempar Yang Benar
Jejakkan kaki di sebelah lengan lempar dengan kokoh di tanah, lalu melangkahkan kaki yang depan ke arah penerima lemparan.
Sambil melangkah, arahkan bahu di sebalah lengan yang memakai glove ke penerima lemparan.
Ulurkan lengan lempar jauh jauh ke belakang menghimpun tenaga, tangan dijaga agar tetap di atas bola dengan telapak tangan menghadap ke bawah.
Julurkan lengan berglove ke depan untuk menjaga keseimbangan, umumnya siku akan sedikit dibengkokkan.
Mata tetap tertuju ke sasaran ketika bola hampir mencapai puncak ayunan lengan lempar. Memang kadang kadang diperlukan juga lemparan dari samping tubuh pada situasi pertandingan tertentu, namun kecermatan dan kecepatan laju bola maksimum hanya dapat dihasilkan dari gerakan lemparan dari atas. Jadi sangat disarankan agar menjadikan lemparan atas sebagai kebiasaan dan gerakan yang alamiah.
Lepaskan bola di depan tubuh setelah lengan melewati kepala.
Lanjutkan gerakan lengan dan tubuh – jangan menahan gerak maju sisi tubuh lemparan.
Gerak lanjut (follow through) lengan seharusnya berupa gerak lingkaran lancar ke bawah dan menyilang tubuh bagian berlawanan dari lengan lempar dan membiarkan perlambatan gerak lengan lempar dengan sendirinya setelah perlepasan bola.
Keseluruhan gerak lempar harus “halus”, tidak terpatah patah.
Mulailah dengan perlahan lahan sampai proses keseluruhan menjadi terbiasa, alamiah dan nyaman.
Penyempurnaan Tehnik
Berlatihlah menerima bola dari kedua sisi tubuh, tinggi maupun rendah.
Seraya menerima/menangkap bola bergerak bersiap mengambil posisi untuk melempar.
Cara bersiap untuk segera melempar yang terbaik adalah dengan menangkap bola dengan dua tangan sehingga bola dapat dengan cepat dipindahkan ke tangan lempar.
Tubuh bergerak seraya menangkap bola sehingga langkah ke arah sasaran atau penerima lemparan menjadi gerak alamiah sebagai bagian gerak menangkap. Lompatan pendek atau “lompatan/langkah burung gagak” (crow hop) akan memberi gaya lebam (momentum) untuk melempar.
Usahakan menyiapkan tubuh sebelum melempar. Hindarkan melempar ketika tubuh dalam keadaan tak seimbang kecuali hanya itu satu satunya cara melakukan sebuah ‘play’ dengan cepat..
Berlatihah “membuang” bola secepat cepatnya – bagi infielder, guna “menangkap” pelari yang cepat, dan outfileder, guna mematikan pelari yang kembali (tagging up) atau pelari yang mencoba mencapai base tambahan. Bayangkan pelbagai situasi permainan ketika berlatih dan melakukan lemparan ‘toss’.
Tiga Hal Yang Menjadikan Pemain Hebat
Berlatih
Berlatih
Berlatih

Kamis, November 27, 2008

Baseball/Softball Membentuk Watak

Olahraga baseball sebagai sarana character building

Olahraga tidak semata mata membuka peluang membina kepribadian; tetapi juga menyingkapkan watak seseorang.

Keberhasilan seseorang sebagai pemain atau pelatih amat tergantung kepada pengamatan yang dilakukannya secara rasionil tentang konsep dan prinsip dasar; bukan kepada hal hal lainnya. Inilah yang seharusnya dipegang sebagai falsafah pribadi yang akan memandu dan mengarahkan seseorang di sepanjang perjalanan karir keolahragaannya.
Membina Falsafah Yang Kokoh
Pemain olahraga beregu dan pelatih pelatihnya harus mengembangkan falsafah atlit yang akan memberinya arahan terkait apa saja yang dilakukannya di lapangan baseball. Memilih secara merdeka akan berdampak atas nilai nilai, motivasi, perilaku, komunikasi, disiplin, peraturan, metoda latihan, dan pada akhirnya kepribadiannya. Falsafah harus di tetapkan dengan jelas. Terutama sekali, sebagai pelatih harus meyakini falsafahnya sendiri karena itulah yang akan mencerminkan caranya mengajar, melatih dan memainkan permainan baseball.
Sikap
Sikap seseorang terhadap kompetisi berpusat pada tiga tujuan olahraga – memperoleh kesenangan (fun), untuk belajar, dan untuk memperoleh kemenangan. Guna membina falsafah berolahraga baseball, tentukan ketiga tujuan itu sesuai dengan urutan kepentingannya bagi semua peserta – apakah ia pelatih, pemain, wasit, dan penonton/penggemar. Tak ada jawaban yang benar, jadi bersiaplah untuk jujur kepada diri sendiri. Urutan itu akan menjernihkan tujuan seseorang dan akan memandunya dalam mengambil keputusan dari hari ke hari.
Dalam program ini, dipilih falsafah dengan urutan mendapat kesenangan-belajar-menang. Urutan kata itu memberi kemungkinan terbaik untuk mendapat kemenangan karena ia menempatkan pemain di tempat yang terdepan, mendahului menang. Kebanyakan pemain dan para orangtuanya menetapkan bahwa mendapat kesenangan sebagai tujuan nomor satu. Kesenangan sebagai tujuan bermakna fokus kepada kepuasan, membina citra diri yang positip, dan tekad melakukan upaya yang harus dilakukan. Tim terbaik mendapatkan kesenangan ketika berlatih dan ketika main dan bertanding. Dengan mengerjakannya, terbentuklah ikatan akrab dan erat antara pemain dan pelatih.
Pengamatan
Pengamatan dan analisa yang cermat akan mengarah ke keinginan akan adanya suatu perubahan. Perubahan seakan akan tikungan di sebuah jalan; ia bukanlah tujuan, kecuali ketika di tikungan kita tidak ikut berbelok. Kemajuan tidak pernah terjadi tanpa kehendak akan adanya perubahan, tetapi sebaliknya tak semua perubahan adalah kemajuan. Dengan adanya perubahan, akan diperoleh penghargaan atau penalti. Memakai metoda ini dapat menjadi sulit karena akan dibutuhkan kesabaran dan perencanaan yang baik. Penghargaan yang direncanakan harus mengenali kinerja , upaya, pencapaian langkah demi langkah menuju sasaran, dan pembelajaran dan kinerja watak individu. Pemain diberi penghargaan bila pemain berhak mendapatkannya, bukan semata mata sebagai akibat mendapat sebuah kemenangan.
Kegagalan bukanlah sesuatu harga mati yang fatal, tetapi gagal melakukan perubahan atas diri sendiri boleh jadi berakibat fatal. Ingatlah selalu: Jika sudah tidak lagi ada perubahan, maka selesailah sudah semuanya. Baseball adalah sebuah permainan yang senantiasa berubah. Setiap kali perubahan tidak diikuti dan diambil hikmahnya untuk memperbaiki diri, maka otomatis seseorang akan menjadi lebih buruk.
Pengembangan
Mengembangkan falsafah yang kokoh dengan sendirinya bermakna menuju ke pengembangan pemain yang perkasa, mula mula sebagai individu, lalu disusul sebagai sebuah tim. Menempatkan pengembangan atlit diatas kepentingan memperoleh kemenangan akan memberi hasil pencapaian berjangka panjang. Pengembangan yang dilakukan termasuk membina keterampilan motorik yang diperlukan untuk bermain baseball, mengetahui siasat apa dan kapan digunakan, mengetahui semua aturan dan peng-aturan serta peraturan dasar, senantiasa siap fisik dan mental serta psikis untuk berlatih dan bertanding, bermain secara ‘fair’, dan kesediaan memikul tanggung jawab.
Belajar Memimpin
Satu satunya cara mencapai yang terbaik dari yang dapat dilakukan adalah dengan belajar. Sudah lama ada keyakinan, bahwa lintasan atletik, lapangan basket ataupun diamond baseball atau softball adalah perpanjangan ruang kelas, yaitu tempat dimana kegiatan belajar lebih utama daripada bersiap menang. Atlit harus senantiasa mempelajari olahraga yang digelutinya, tentang pelatih pelatih dan rekan seregunya dan terutama sekali tentang dirinya sendiri.
Memimpin
Belajar bukan saja tentang tehnik – bagaimana caranya memukul bola ke tanah atau cara melakukan double play – tetapi tentang mendapatkan kemampuan memimpin orang lain dalam lingkup falsafah regu. Yang kita cari adalah kepemimpinan yang tulus. Kita acap berkelompok kecil terpisah dari pelatih atau melakukan lari untuk mengkondisikan tubuh selama 12 menit di luar pandangan pelatih. Jadi tersedia banyak peluang untuk membina kepemimpinan. Selama pertandingan, pemain inti (starters) maupun cadangan dapat menemukan peluangnya untuk mengasah kepemimpinan itu. Pemain cadangan, menjadi coach di base satu; membuat catatan catatan; dan mengintip tanda sandi dari pelatih lawan, catcher atau dari infielders. Karena informasi itu penting dan dibutuhkan demi mencapai hasil di pertan-dingan, kita meminta mereka yang membuat catatan agar ia berkomunikasi dengan rekan seregunya. Ketika kita berhasil, pelatih seyogyanya menonjolkan peran peran “pelengkap” atau “tambahan” itu dan memberi penghargaan yang layak.

Fair Play
Belajar bersaing dengan tetap menjaga kehormatan diri adalah sasaran yang sangat mulia. Ia merupakan prioritas utama, tidak kalah dengan pentingnya mendapat kemenangan. Menang saja tidaklah cukup. Kita harus meraih kemenangan itu secara bermutu dan berharkat. Seraya meraih kemenangan, pelatih, pemain, wasit, dan penonton harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan dan martabat permainan. Untuk mencapainya, kita senantiasa memperhatikan kode etik baik yang ditetapkan oleh asosiasi baseball softball indonesia maupun dunia. Kode etik itu memberi tekanan pada pentingnya sportivitas yang tinggi, berwatak luhur, jujur, bermartabat, dan perilaku bermoral yang luhur. Secara spesipik asosiasi seyogyanya mengharuskan perilaku beretika yang antara lain melarang ‘bench jockeying’; berperan aktip menghapus pemakaian narkoba dan minuman alkohol; dan mendorong serta meningkatkan kompetensi para pelatih.
Ujian ujian berkala seyogyanya dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pelatih dan efisiensi pembelajaran. Ujian itu mencakup evaluasi perangkat bantu baseball yang dipakai, skills, kebugaran fisik, dan kinerja pertandingan. Ujian awal dan pelatihan dasar dan utama lain menentukan kesiapan partisipasi. Baru hasil hasil pertandingan dipergunakan untuk evaluasi pengajaran dan pelatihan oleh para pemain, dan keadilan tugas tugas berkompetisi. Secara sederhana, mengapa kemenangan dapat dicapai dan mengapa kalah?
Sebelas Faktor Krusial Baseball Prestasi (Championship Baseball)
1. Kembangkan falsafah menang (winning philsophy) yang terpusat pada mendapat kesenangan, pembelajaran, dan mendapat kemenangan. Perlu sekali mengendalikan permainan baseball di lapangan dan pertandingan hidup di luar lapangan. Bertanding menghadapi lawan yang lebih baik akan menantang falsafah yang dikembangkan. Pertandingan yang dimainkan regu melawan atlit yang lebih besar, lebih kuat, lebih terampil akan berjalan seru. Falsafah menang bukanlah hal yang sesekali melainkan sesuatu yang langgeng dan abadi.
2. Organisasi pada segala tahap permainan sangat diperlukan, baik di gelanggang pertandingan maupun di luar lapangan. Pengorganisasian adalah cara untuk menentukan guna mencapai hasil yang didambakan bukan semata mata untuk menerima nasib yang terjadi sesekali dan juga untuk senantiasa memperoleh hasil dari kemahiran hasil latihan yang bersifat lebih langgeng.
3. Disiplin adalah rasa peduli – kehendak melakukan segalanya dengan benar, kehendak untuk belajar, kehendak untuk tahu lebih banyak tentang apa yang dikerjakan, kehendak untuk tampil dan memberi kesan baik atas diri kita. Ia juga adalah tekad siap bersusah payah dan berkorban, terutama sekali ketika dipertanyakan orang lain. Disiplin harus dipraktekkan terus menerus sampai ia bukan lagi terasa sebagai disiplin yang beku, melainkan yang kita sikapi dan lakukan setiap hari.
4. Kumpulkan insan bermutu untuk dijadikan asisten pelatih, officials, pemain dan personil pendukung lainnya. Pemain yang dapat dilatih akan lebih sering memenangi pertandingan daripada atlit berbakat yang punya perilaku bermasalah. Delegasikan tugas tugas kepelatihan sehingga asisten pelatih dapat menyiapkan aspek aspek program yang penting. Kerahkan para pelatih yang mampu berkomuni-kasi dan mengajar. Tetapi tetap harus diingat bahwa untuk beberapa macam pelajaran, pengalaman adalah satu satunya guru. Pelatih terbaik adalah yang punya cukup akal untuk memilih orang terbaik untuk melakukan apa yang ia inginkan, namun dapat menahan diri untuk tidak terlalu banyak turut campur ketika mereka yang diberi tugas sedang mengerjakannya.
5. Gaya main menciptakan sebuah citra. Citra itu dapat berpengaruh atas lawan, wasit, dan penonton, karena menampilkan gaya main, konsistensi dan intensitas para pemain. Menang menjadi kebiasaan. Sayang sekali kalah juga begitu, juga dapat menjadi kebiasaan. Karenanya, selama kita tetap mau bertarung, kita harus main untuk menang.
6. Tetapkan sasaran realistis yang cukup menantang potensi setiap pemain dan seluruh regu. Mencapai sasaran jangka pendek dan panjang memerlukan kemampuan atletis, bakat, upaya, kemauan, dan tekad. Sasaran yang paling sulit adalah yang paling didambakan pencapaian-nya. Pandanglah sasaran tertinggi yang diyakini mungkin dicapai, lalu yakinkan dan bulatkan tekad bahwa sasaran itu akan dapat dicapai. Rasa percaya diri adalah segalanya.
7. Tak mementingkan diri sendiri bermakna melakukan hal hal yang akan memenangkan pertandingan, bukan melulu demi mengumpulkan angka statistik untuk diri sendiri. Tak ada batas pencapaian tujuan jika tak ada rasa perduli siapa yang akan mendapat puji dan sanjungan atas pencapaian itu.
8. Komunikasi dengan pemain dan pelatih lain sangat diperlukan demi saling pengertian yang mendasar. Pelatih juga, seperti halnya pemain, punya kepribadian sendiri sendiri. Pelatih yang besar punya keunggulan dalam memberi pelajaran, melakukan segala persiapan, menangani situasi pertandingan, memberi motivasi, memaksimalkan potensi pemain, dan mendapat kemenangan. Pemahaman atas perilaku manusia amat diperlukan. Jika seorang pemain punya masalah pelajaran sekolah, disiplin, minuman keras, narkotika, atau hubungan dengan sesama rekan, pelatihlah yang harus turun tangan mencari penyelesaiannya. Pelatih tak boleh mentolerir adanya pokrol bambu di sekitar lapangan yang suka sok tahu perihal kepelatihanan. Mereka itu penyakit kanker bagi terjadinya komunikasi.
9. Manfaatkan kesalahan yang dilakukan lawan. Jika sedang menyerang, lawan yang bertahan harus diberi tekanan berat dan lalu mengambil keuntungan dari kesalahan yang dilakukan lawan melalui kinerja hitting dan base running yang agresip dan jeli. Ketika bertahan, harus mampu mengeksekusi ‘plays’ dan senantiasa siap membuat lawan membayar mahal ketika mereka berbuat salah. Regu yang paling sedikit strike out, membuat ‘error’, memberi ‘base on balls’, memukul bola fly, dapat dipastikan akan lebih sering memenangi pertandingan.
10. Berlatih mengalami tekanan sehingga regu siap menghadapi situasi tertekan atau terdesak. Seperti diketahui, akan lebih mudah bermain di bawah tekanan – ketika regu sedang harus menyusul perolehan angka lawan atau harus mempertahankan angka kemenangan yang sudah di tangan – jika latihan dilakukan sama intens dengan suasana pertandingan. Regu juara adalah regu yang terorganisir baik dan sudah berlatih mengalami tekanan dalam latihan mirip pertandingan yang seakan akan sungguhan. Latihan sendiri tidaklah cukup. Latihan harus dilakukan secara pintar dan cekatan sehingga senantiasa mengarah ke perbaikan diri sendiri.

Kepemimpinan Pelatih sangat diperlukan untuk mencapai sukses. Apakah regu bermain agresip dan bertanding untuk mendapat kemenangan? Pelatih-Guru yang baik sangat memahami perilaku manusia, menetapkan sasaran yang menantang namun realistis, berani berinovasi dan mengambil risiko. Kesalahan terbesar yang dapat dibuat seorang pelatih atau pemain ialah jika ia takut membuat kesalahan
.

Senin, November 24, 2008

Mengajarkan Dasar Dasar Fielding – Menguasai Bola Ground

Kalau kita memperhatikan latihan para pemain masih anak-anak (little league), acap kali kita lihat pelatihnya menjalankan latihan seperti berikut: ia membariskan pemain menjadi satu baris, lalu memukul bola ke arah mereka. Pemain yang sudah punya sedikit keterampilan atau punya bakat alam akan melakukan penguasaan bola lebih baik, sementara pemain yang kurang berbakat atau yang masih baru sama sekali akan mendapat kesulitan.
Pelatih mengajarkan kepada mereka, “tempatkan dirimu di depan bola”, atau “rendahkankan glove-mu”, dan “selalu awasi arah bola dan jaga agar selalu didepanmu”. Itulah kira kira yang diajarkannya – tidak lebih dari itu.
Setelah beberapa waktu dan sering latihan, boleh jadi pemain itu akan mendapat kemajuan, namun sayang sekali lebih sering hal semacam itu tidak terjadi begitu gampangnya. Yang acap kali terjadi, justru pemain yang keterampilannya kurang itu digeser ke posisi outfield sebagai upaya pelatih untuk menekan “kerugian” yang dapat mereka timbulkan pada regunya. Akibatnya pemain yang diperlakukan begitu akan mendapat lebih sedikit peluang mendapat pengulangan latihan yang diperlukannya, dan akibat selanjutnya, kesenjangan keterampilan antar pemain malah semakin melebar.
Tak ada niat untuk menyarankan agar pelatih menempatkan fielder paling lemah di posisi shortstop. Yang ingin disarankan adalah agar pelatih memastikan bahwa semua pemain diperlengkapi dengan perangkat yang diperlukannya untuk berprestasi bagus. Cara paling baik melakukannya adalah dengan terus menerus memberi penekanan – dan kemudian secara konsisten mengajarkan dasar dasar fielding.
Segitiga. Sebelum mulai latihan fielding, bariskan para pemain dengan masing masing berjarak antara yang cukup memadai. Mintalah mereka mengambil sikap siap dengan kedua kakinya ditempatkan berjarak selebar bahu. Kemudian dari sikap itu, mintalah mereka meraih ke depan dan ke tanah dengan glove masing masing sejauh yang sama dengan jarak kedua kakinya, seakan akan mereka akan mengambil bola ground imaginer. Minta mereka mempertahankan posisi masing masing seperti itu, lalu tunjukkanlah tiga hal di atas tanah – kedua kakinya, ditambah glove masing masing – yang seharusnya membentuk sudut sudut sebuah segi tiga. Inilah posisi ideal untuk menguasai bola ground; jika kedua kaki terlalu rapat, maka pemain akan kehilangan kecepatan gerak menyamping (lateral), jika glove terlalu dekat kedua kaki ia kehilangan ruang untuk dengan cepat mengkoreksi kesalahan ketika mencoba “menyendok” bola dari tanah.
Gunakan dua tangan. Boleh jadi inilah aspek pelajaran paling penting ketika mengajarkan cara menguasai bola ground, tetapi anehnya, justru yang paling sering diabaikan banyak pelatih. Ketika mengambil sikap siap menguasai bola ground, glove harus diletakkan di atas/dekat dengan tanah, sedangkan tangan yang sebelah lagi harus terbuka di atas glove, dengan bagian belakang telapak kedua tangan cukup berdekatan (analogi yang dapat dipakai bagi pemain belia adalah “membentuk cakupan mulut buaya”).
Ketika bola masuk ke glove, tangan yang sebelah lagi secara otomatis menutup di atas bola dan menggenggamnya. Bukan saja cara itu akan menjaga agar bola tidak terlepas keluar, tetapi juga membuat fielder berada pada posisi siap melempar.
Keuntungan lain yang acapkali dilupakan, ialah bahwa bola yang lepas dari bagian belakang telapak tangan (yang berglove) tidak dapat meloncat keluar dan mengenai wajahnya, jika ia menggunakan tehnik dasar itu; tangan sebelah atasnya akan menahan pantulan bola dan membelokkannya kembali ke tanah sehingga dapat dikuasai kembali.
Awalan rendah, lalu menjadi lebih tinggi/tegak (start low, then come up high). Ajarilah anak anak pemain untuk ketika menguasai bola ground, berawal dengan glove sangat rendah di atas atau di tanah. Jika bola sekonyong konyong naik, glovenya dapat dengan cepat ditarik ke atas; kendatipun pemain salah menafsirkan gerak bola, kemungkinannya masih sangat baik bahwa tangan sebelah atasnya dan/atau tubuhnya akan memblok bola dan menjaga agar bola tidak tembus ke belakangnya. Sebaliknya jika pemain mengambil sikap awal dengan glove di posisi yang tinggi, kemudian mencoba menurunkannya ke arah bola, maka jangan tercengang ketika pemain itu akan dilewati banyak bola ground yang tembus melalui antara kedua kakinya.
Gerak tangan “gemulai”. Bola ground acap datang dengan kecepatan laju yang tinggi sehingga acap kali memantul keluar glove yang sudah ditempatkan dengan sempurna. Menempatkan tangan yang sebelah lagi sebagai “penutup” akan dapat membantu, tetapi kadang kala bola tetap lolos keluar ketika tangan yang lain itu diturunkan untuk menutup.
Cara terbaik mengurangi dampak ini ialah dengan membuat gerak tangan yang “gemulai” (having soft hands). Dengan kata lain, ajarkan kepada pemain untuk tidak “mengunci” siku sehingga berdampak pada tangan penahan yang seakan akan seperti dinding tembok sehingga bola lalu memantul ke arah tak terduga. Pemain harus sedikit “melentur”kan lengannya sehingga tenaga luncuran bola dapat diredam sedikit yang cukup untuk mencegahnya mantul lagi keluar glove. Jika ada pemain yang tampak mengambil posisi siap yang benar, menggunakan kedua tangannya, dan meletakkan glovenya di posisi rendah, namun tetap saja ia gagal menguasai banyak bola ground, maka sangat besar kemungkinan bahwa ia tak berhasil atau masih kurang memahami apa makna tangan yang “gemulai” atau “soft hands”.
Perhatikan gerak kaki (footwork)! Reaksi spontan para fielder belia ketika akan menguasai bola ground yang tidak datang menerpanya secara langsung biasanya ia akan berputar ke samping dan lalu berlari menuju bola. Cara itu amat keliru, kecuali jika ia akan mencoba menguasai bola ground yang jauh dan dalam (deep in the hole), itupun ia juga harus memperkirakan jarak dan lalu memperhitung-kan arah sudut untuk menghampiri bola agar tiba pada waktunya untuk menguasai bola dengan baik.
Jika pemain memutar kepalanya lalu berlari, maka ia akan “kehilangan” (pandangan pada) bola walaupun hanya sejenak. Padahal banyak pelatih yang menjadikan aturan “jangan pernah melepas pandanganmu dari bola” sebagai dogma atau aturan besi – kita tahu aturan itu tak selamanya benar!
Walapun misalnya pemain itu berhasil tiba didepan bola tepat pada waktunya, namun ia masih harus memutar tubuhnya dan menempatkan ulang kedua kakinya dalam upaya mendapatkan sikap “segitiga” yang baik yang disebut dibagian terdahulu tulisan ini.
Pelatih acap kali tergoda untuk mengabaikan ‘fundamentals’ atau dasar dasar jika ia menghadapi pemain berbakat yang mampu bermain baik walaupun dengan cara yang keliru. Padahal dengan demikian pelatih telah mengabaikan tugas utamanya sebagai seorang guru dan pelatih.
Alih alih berputar dan berlari, pemain harus “melangkah geser” ke samping, sehingga pandangannya atas bola tidak hilang. Juga cara ini akan memudahkan pemain membentuk sikap sigatiga yang telah kita sebutkan sebelumnya hanya dengan cara menghentikan geraknya. Latihlah gerak ini dengan membariskan pemain dengan jarak antara sekitar satu meteran, lalu minta mereka bergeser ke kiri, kemudian ke kanan. Ulangi latihan selama beberapa menit sampai pemain cukup terengah-engah.
Konsepnya adalah bahwa mereka harus melangkah lebar kesamping, dan kemudian diikuti oleh kaki yang sebelah lagi sampai kedua tumit hampir bersentuhan. Pada pemain pemain berusia muda, akan ada kecenderungan gerak itu menjadi gerak loncat, namun ketika mereka sudah menjadi lebih terbiasa, maka akan menjadi lebih alamiah dan akan tampak sebagai gerak mulus seperti meluncur.
Memang pelatih tidak perlu melatihgerakan kaki setiap kali ada latihan, namun harus senantiasa ditekankan kepada pemain dan segera perbaiki jika melihat gerak kaki yang masih salah.Tugas utama pelatih baseball adalah mengajari pemain, memberinya kelengkapan keterampilan agar mereka senantiasa mendapat peningkatan dan kemajuan prestasi. Jika ada pemain yang tidak men-dapat peningkatan, pelatih harus mempertanyakan kepada dirinya sendiri, apakah semua yang mungkin dilakukannya untuk pemain itu sudah ia lakukan dengan baik untuk membantu dan mendorong keberhasilannya. Jika pelatih alpa mengajarkan tehnik dan dasar dasar yang fundamentil sehingga pemain mendapat pelajaran yang benar untuk bermain baseball dengan baik, maka pelatih telah mengabaikan tugas utamanya dan ia tidak melayani para pemain secara semestinya.

Jumat, Mei 23, 2008

Bermain Baseball Tanpa Rasa Gugup

Bermain Tenang dan Bagus Dibawah Tekanan
Kemampuan untuk tetap berkinerja bagus kendatipun mengalami tekanan adalah sebuah ciri yang ingin dimiliki oleh atlit cabang olahraga manapun oleh siapapun. Pemain yang ketika latihan berprestasi sangat baik namun kurang menunjukkan kinerja yang sama ketika bertanding, tidak akan menjadi atlit yang berhasil, malahan, ia akan menjadi atlit yang menderita frustrasi yang amat sangat.
Langkah pertama menghadapi tekanan adalah menyadari dan menerima kenyataan bahwa tekanan sedang menghadang kita. Untuk dapat menanganinya secara efektip, kita harus terlebih dahulu mengakui keberadaannya dan lalu belajar cara menghadapinya secara benar dan efektip.
Tekanan terjadi tidak hanya oleh situasi pertandingan, tetapi juga oleh cara kita sendiri memandangnya dan cara kita menghadapinya. Bukanlah situasi ataupun orang lain yang membuat kita tegang, melainkan kita sendiri. Kita membuat kita sendiri menjadi tegang dengan cara kita memikirkan bagaimana kita akan bertindak, berbuat dan berpikir, bukan disebabkan oleh situasi yang sedang dihadapi saat itu.
Perbedaan antara bermain rutin di tengah tengah musim kejuaraan atau pada pertandingan final di penghujung kejuaraan nasional misalnya, bukan terletak pada pertandingannya, karena pertandingan tetaplah sama satu sama lain, tetapi perbedaan terletak pada sikap mental pemain. Perbedaan bertanding di lapangan belakang rumah atau dekat rumah atau di lapangan untuk kejuaraan Sea Games atau Asian Games, tidaklah terletak pada lapangannya tetapi pada pikiran masing masing pemain.
Karena itu memakai hampiran yang konsisten atau sama pada setiap pertandingan menjadi kunci untuk mendapatkan ketenangan bermain!
Setiap pertandingan harus dipandang sama penting oleh pelatih dan masing masing pemain seakan akan itulah pertandingan satu satunya yang harus dan dapat dimenangkan karena itulah satu satunya pertandingan yang harus dimainkan! Memandang sebuah pertandingan lebih penting dari yang lainnya, akan membuat kita keluar dari pola berkinerja yang konsisten bagus setiap kali, baik ketika melakukan persiapan maupun ketika bertanding yang secara amat vital diperlukan untuk menjadi atlit yang konsisten yang menunjukkan kinerja baik walaupun di bawah tekanan.
Barangkali ucapan ucapan yang paling merusak di lapangan baseball dan softball adalah yang semacam “Ini saatnya!” seperti “OK. Anak anak – inilah saatnya…. Kita main atau tewas (do or die), sekarang atau tidak sama sekali, kita harus mati matian memenangi pertandingan ini atau tidak akan ada lagi hari esok!”. Pelatih atau regu yang mempertaruhkan nasibnya pada salah satu pertandingan saja akan menambah tekanan dan ketegangan pada para pemain ketika memainkan pertandingan itu, dan dapat dipastikan akan lebih menekan kinerja daripada meningkatkannya.
Tujuan yang harus dicapai ketika dibawah tekanan bukanlah untuk bermain super bagus, karena sasaran semacam itu justru sangat tidak masuk akal; tujuan atlit sesungguhnya bermain wajar walaupun mengalami tekanan.
Seorang pelatih piawai acap mengatakan,“Kalau pertandingan menjadi taruhan, maka yang kuinginkan hanyalah agar setiap pemain melakukan tugasnya masing masing.”
Kalau setiap pemain mengerjakan tugasnya dengan baik, regunya akan menunjukkan
kinerja yang bagus, dan akan lebih sering mencapai keberhasilan.
Melewati situasi dibawah tekanan adalah sebuah tindakan yang mengandalkan hitungan persentase. Jika seorang hitter rata rata memukul .333 (dalam tiga kali ‘at bat’ berhasil mendapat ‘base hit’ satu kali), kemudian ia berhasil memukul sekali dalam tiga peluang memukul di bawah tekanan, ia menunjukkan kinerja baik dalam situasi di bawah tekanan. Jadi sasarannya adalah kinerja normal di bawah tekanan, bukanlah kinerja luar biasa atau super performance.
Sudah terlalu sering, seorang atlit menerima reputasi sebagai “pemain saat kritis” karena sekali atau dua kali menunjukkan kinerja yang baik kemudian lalu terlalu banyak mendapat sorotan media, padahal sesungguhnya “pemain hebat saat kritis” adalah atlit yang tetap berkinerja normal kendatipun menghadapi tekanan.
Kinerja normal dibawah tekanan dimungkinkan karena konsentrasi yang kuat. Pada situasi di bawah tekanan yang menegangkan, atlit harus melatih dirinya untuk tetap berkonsentrasi pada tugas yang dihadapinya, dan bukan membiarkan konsentrasinya terpusat pada situasinya, sisa waktu pertandingan,kedudukan angka saat itu,para penonton, atau “apa jadinya kalau aku gagal?”
Atlit yang tidak bisa mengendalikan emosinya ketika menghadapi tekanan tidak mampu mengendalikan konsentrasinya. Atlit yang sibuk berkonsentrasi dengan baik untuk melakukan tugasnya akan terlalu sibuk berkonsentrasi sehingga ia tak lagi memikirkan situasi yang dihadapinya! Negeri ini punya beberapa teladan atlit besar yang masyhur karena kemampuannya menghadapi dan melampaui situasi tegang dibawah tekanan. Rudy Hartono – maestro bulutangkis yang diakui dunia terkenal karena ketenangannya menghadapi ketertinggalan angka dari lawan namun tetap akhirnya menang. Begitu juga atlit bulutangkis nasional sejaman Rudy Hartono – Iie Sumirat dari Bandung juga punya reputasi yang sama.
Di kalangan putri kita kenal Susi Susanty yang pernah dikomentari komentator Inggris: “Serenity in personification”, karena ketenangannya yang sangat mempesona.
Dengan berkonsentrasi yang baik, atlit dapat mengendalikan situasi, bukan sebaliknya ia di dikontrol situasi, jadi atlit harus fokus kepada kinerja, bukan pada hasilnya!
KONSENTRASI ADALAH SOLUSI YANG TEPAT.
Mengakali situasi di bawah tekanan, untuk mengatasi rasa gugup, sesungguhnya tidak menyelesaikan masalah sampai ke akarnya. Ibarat besi berkarat, akal itu hanya semacam cat yang menutup bagian berkarat, yang tidak memecahkan masalah.
Namun, adakalanya akal dapat membantu atlit mengurangi atau menghilangkan kegugupannya dan “membebaskan pikirannya dari stuasi tegang” saat itu. Pernah ada seorang pitcher pengganti (relief pitcher) yang suka keluar dulu sejenak dari bukit pitcher dan membayangkan pergi memancing ke danau di pegunungan Colorado.
Kedamaian dan ketenangan daerah itu membantunya menenangkan pikiran dan membuatnya santai, dan ia dapat mendengar suara sayap serangga dan kicau burung di atas kepalanya … ia lalu akan menghirup udara dengan tarikan nafas yang dalam untuk lebih membuatnya santai dan tenang, lalu kembali ke bukit pitcher dan melanjutkan main secara normal.
KETENANGAN ADALAH SEBUAH KETERAMPILAN DAN DAPAT DIPELAJARI, sama saja dengan keterampilan atletis lainnya, dapat dipelajari dan dilatih. Pelatih dapat mengajarkannya kepada atlit cara bermain di bawah tekanan, dan atlit dapat berlatih sama dengan cara ia berlatih melempar bola curve atau melakukan tag di base.
Kinerja baik walaupun di bawah tekanan adalah sebuah KEBIASAAN dan dapat dipelajari melalui menempatkan diri pada situasi di bawah tekanan dan membiasakan diri berkonsentrasi pada melakukan tugas dengan benar/baik …. Akan perlu upaya dan latihan, tetapi dapat dipelajari!
Disiplin dan ketenangan ketika berlatih akan menjadi disiplin dan ketenangan di saat saat menentukan pada pertandingan!!

Minggu, Januari 13, 2008